Ilmu Sosial
“ Bicaralah dalam Bahasa Inggris “ kata the Eaglet. “ Saya tidak tahu arti kata-kata yang panjang itu, dan apa lagi, saya tidak percaya andapun melakukannya.
Masalah dasar dalam filosofi ilmu sosial adalah pertanyaan apakah manusia bisa dipelajari dengan metoda / cara yang sama yang menerapkan pada makhluk yang lebih rendah atau benda mati. Ini ungin pertanyaan yang paing diperdebatkan dalam filosofi ilmu pengetahuan dan kita harus mempertimbangkannya sebagai masalah utama kita.
Status / kedudukan Ilmu Sosial
Memang benar bahwa ilmu alam telah berkembang ke tahap yang jauh diatas ilmu sosial . sekarang ini dan bahkan dimasa mendatang. Jika sesorag menguji hukum dari ilmu-ilmu alamdan membandingkannya dengan hokum-hukum yang telah diketahui dalam ilmu sosial, nampaknya keduanya masuk dalam spesies yang berbeda. Bentuk hokum dalam ilmu-ilmu alam dinyatakan secara tepat, biasanya dalam istilah-istilah matematik dan jauh dari mendua/menyimpang. Itu diuji berkali-kali dan tetap tahan erhadap uji-uji tersebut. Hukum dalam ilmu sosial, biasa, dilain pihak biasanya diletakkan pada kata-kata / istilah- istilah yang besar dan penyimpangan yang besar. Hukum tersebut biasanya dikemukakan dengan banyak perkecualian dan persyaratan. Mungkin ada beberapa perkecualian yang diketahui/dikenal pada hukum tersebut, tetapi hukum itu tetap memiliki pembelaan seperti yang sejauh ini. Hukum dalam ilmu alam memungkinkan kita untuk menyimpulkan peerkiraan- perkiraan tertentu yang telah diteliti. Sementara perkiraan-perkiraan yang ada pada ilmu sosial, kemungkinannya hanyalah menunjukkan prasangka-prasangka atau pengetahuan umum dari penulis hukum tersebut, dan bahwa perkiraan-perkiraan ini tidak disimpulkan dari hukum itu sendiri.
Jika kita bertanya pada pimpinan-pimpinan pada bidang tersebut , sepertinya bahwa mereka memberi kita banyak alasan mengapa ilmu sosial sejauh ini ketinggalan dibanding ilmu-ilmu alam. Mereka akan menunjukkan bahwa ilmu-ilmu alam berhubungan dengan benda-benda sederhana seperti : atom, sementara ilmu sosial berhubungan dengan manusia, individu maupun kelompok. Akan ditunjukkan bahwa alat dasar untuk ilmu alam adalah percobaan laboratorium, tetapi percobaan-percobaan semacam itu tidak diperkenankan dalam ilmu sosial. Alasan-alasan semacam itu merupakan argumen yang sah. Mereka mungkin meyakinkan kita bahwa lebih berat / lebih sulit menemukan hukum-hukum dalam ilmu sosial dibanding dalam ilmu-ilmu alam. Sebagai tambahan pada argumen-argumen kita juga akan menemukan banyak pembicaraan, mengapa, pada prinsipnya, tidak mungkin untuk ilmu sosial menjadi betul-betul ilmiah. Kita dijelaskan bahwa benda tidak hidup mengikuti hukum-hukum tetapi manusia tidak. Kita dijelaskan bahwa perkiraan alam makhluk hidup itu mungkin; dengan manusia, sehubungan dengan kebebasannya berkeinginan, perkiraan, pada prinsipnya, tidak mungkin. Diatas semuanya, kita dijelaskan bahwa ilmu sosial secara mendasar harus berbeda dengan ilmu alam, karena pertanyaan-pertanyaan nilai masuk ilmu sosial tetapi tidak masuk ilmu alam. Untuk ulasan-ulasan ini, pendekatan ilmiah pada imu sosial dianggap tidak mungkin.
Namun demikian, kita telah menguji argumen-argumen semacam ini dan menemukan argumen-argumen ini tidak dapat dipetahankan. Argumen pertama didasarkan pada kepercayaan yang salah bahwa alam mematuhi hukum, dimana manusia mematuhi hukum. Merujuk kepercayaan yang salah ini, hal lumrah mengira bahwa manusia bisa tidak mengikuti hukum alam, sama halnya bahwa mereka tidak mematuhi/mengikuti hukum manusia. Namun demikian, segera sesudah kita menyadari bahwa hukum-hukum alam hanya menggambarkan apa yang benar – benar terjadi, tujuan seacam ini menjadi abstrak / tidak jelas. Mengapa secara prinsip harus lebih sulit untuk menggambarkan kegiatan-kegiatan manusia dibanding kegiatan-kegiatan atom? Seharusnya lebih mudah karena kita memiliki pengalaman langsung tentang apa yang dilakukan manusia. Argumen kedua, berhubungan dengan kemungkinan perkiraan, dibicarakan pada bab 13. Kita menemukan bahwa keinginan bebas tidak dapat digabungan dengan kemungkinan perkiraan, bahkan sudah banyak contoh perkiraan-perkiraan dalam ilmu sosial. Namun tidak satupun dari kita merasa bahwa keinginan bebas kita melanggar. Argumen terakhir berhubungan dengan nilai merupakan inti dari banyak tujuan ini. Masalah ini dibicarakan pada Bab 14, ini benar-benar memungkinkan untuk meyatakan secara tegas bahwa ilmu-ilmu sosial seharusnya berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan nilai. Jika tujuan dari kegiatan ini untuk menemukan jawaban atas pertanyaan pertanyaan nilai, maka hal ini benar-benar tepat bahwa ilmu sosial secara mendalam akan berbeda dengan ilmu alam. Namun ini argumen lisan. Hal ini tidak dapat diingkari bahwa pada prinsipnya bisa dilihat dan dalam praktek penting untuk menemukan hukum ilmiah yang bisa menghubungkan sarana manusia dengan tujuan manusia. Bentuk kegiatan ini digambarkan sebagai ilmu sosial dan ini dapat dilakukan dengan metode ilmiah yang dibicarakan dalam buku ini. Nampaknya paling manis bahwa kegiatan ini seharusnya disebut dengan ilmu sosial karena pembelaan-pembelaan terhadap pemahaman type lain yang tidak bisa diatur dengan metode ilmiah. Tentu saja kita berjalan melawan kepentingan-kepentingan suci ada banyak anggota dari fakultas ilmu sosial pada universitas kita yang mengajarkan apa yang benar dan apa yang salah dan mereka takut jika kegiatan-kegiatan ini diberi label tidak ilmiah, mereka mungkin akan kehilangan posisi mereka. Erat berkaitan dengan perdebatan ini adalah pertanyaan ‘apakah ilmu sosisal seharusnya berhubungan dengan hukum sejarah dalam hal ini mereka akan berhubugan dengan apa yang sudah terjadi,menggolongkan berbagai macam perbuatan dan berusaha merasionalisasi motif-motif yang membuat manusia berbuat dengan cara-cra tertentu. Dalam setiap ilmu, kumpulan dan klasifikasi fakta-fakta merupakan langkah awal yang penting. Tetapi jika kita dapat mempelajari suatu pelajaran dari ilmu alam, kita harus menyadari bahwa ini merupakan awal yang kosong. Keberhasilan muncul hanya setelah tahap ini telah ditinggalkan untuk kegiatan yang lebih tinggi dari pembentukan teori.
Kita telah menunjukkan pada bagian awal bahwa hal ini bisa dipertanyakan apakah klasifikasi / penggolongan fakta-fakta bisa terjadi tanpa adanya beberapa teori dalam pikiran bahkan para ahli sejarah biasanya memiliki dalil bahwa mereka akan membangun dan mereka menunjukkan fakta-fakta sejarah untuk disajikan sebagai suatu kejadian sebagai hipotesa. Pengajuan mereka dalam suatu bidang yang tidak begitu bernilai, ini merupakan suatu kegiatan yang berbahaya. Tantangan besar untuk memutar balikkan fakta-fakta sejarah untuk menyesuaikan / memenuhi hypotesa yang diajukan. Bahkan kita menemukan ahli-ahli sosial secara terus menerus menyalahkan satu dengan yang lain karena melakukan hal ini.
Mari kita menyimpulkan bahwa pada prinsipnya tidak ada kesulitan dalam menerapkan metode ilmiah pada ilmu-ilmu sosial, tetapi dalam prakteknya kita mengalami kesulitan secara tidak sengaja. Marilah kita sekarang mempertimbangkan kesulitan-kesulitan ini.
Metode dalam ilmu sosial
Kita telah menganalisa metode ilmiah menjadi 3 tahapan utama :
Pembentukan teori, memperkirakan akibat-akibat, meneliti perkiraan-perkiraan, kita akan mempertimbangkan bagaimana kegiatan-kegiatan ini terjadi dalam ilmu sosial melakukan kegiatan-kegiatan ini dalam urutan berkebalikan.
Pertama-tama ada kesulitan yang menghadang kita dalam meneliti prediksi yang diberikan. Marilah kita mungkinkan bahwa suatu teori yang diberikan memperkirakan bahwa ketika 10 juta orang diisolasi pada pulau yang bergurun pasir selama 100 tahun, fenomena sosial tertentu akan terjadi secara jelas tidak ada cara praktis untuk meneliti prediksi ini. Orang mungkin harus menunggu untuk kejadian sejarah semacam itu terjadi dan masa penantian mungkin akan selamanya. Ilmuan sosial cukup tepat dalam menunjukkan bahwa mengambil manfaat yang besar dari kondisi laboratorium yang terkontrol dan kemampuannya untuk mengamati dalam kondisi yang ideal.
Laboratorium untuk ilmu sosial sekarang ada di banyak universitas diseluruh dunia, namun demikian pertanyaan sulit apakah manusia yang diisolasi dalam ruangan observasi yang dibangun khusus akan berperilaku dengan cara mereka berperilaku secara normal. Para penguji diantara ilmuwan-ilmuwan sosial telah disalahkan karena mencari hukum-hukum yang akan menerapkan bentuk isolasi ini, namun demikian bisa dipahami bahwa untuk bentuk kegiatan sederhana tertentu. Percobaan-percobaan ini mungkin betul-betul memuaskan sejarah. Ilmu pengetahuan menunjukkan bahwa setiap cabang harus mulai dengan pembentukan hukum-hukum sederhana yang kemudian berkembang untuk memenuhi kasus-kasus yang benar-benar menarik. Tetapi bahkan diantara para penguji menemukan bahwa sult untuk muncul diantara para ahli psikolgi tentang bagaimana subjek berperilaku dibawah kondisi yang diberikan. Percobaan menarik yang digambarkan oleh W.K. Estes, salah seorang pendahulu dalam teori belajar psikologi adalah sbb :
suatu subjek ditanya untuk menebak apakah suatu sinar didepannya akan berlangsung selama 5 detik kedepan. Setelah dia menebak sinar mungkin hidup atau mungkin tidak hidup menurut pola yang ditentukan sebelumnya. Mungkin bahwa penguji menghidupkan lampu secara acak. Dengan lampu menyala 75% dari waktu tersebut. Jika subjek mengetahui fakta ini, dan jika dia memaksimalkan kemungkinan tebakan secara benar, dia akan menebak “ya” untuk setiap kalinya. Namun demikian, hal ini bukanlah apa yang benar-benar subjek lakukan. Ini menunjukkan bahwa dalam kegiatan yang lama, subjek akan menebak “ya” 75% dari waktu dan “tidak” untuk sisa waktunya. Sebagai akibatnya, dia akan benar hanya 62,5% dari waktu tersebut. Jadi, melakukan yang lebih buruk dibanding kemungkinan yang dia lakukan. Penelitian lain melakukan percobaan yang sama dan menemukan bahwa subjek menjawab hanya “ya” namun demikian jika kita melihat prosedur percobaan, kita melihat perbedaan-perbadaan tertentu. Pada kelompok percobaan yang pertama, subjek diminta untuk terus menebak dan tidak diperbolehkan untuk mempertimbangkan cara yang terbaik untuk melakukannya. Pada kelompok percobaan yang kedua, subjek diminta untuk berhenti setelah sejumlah percobaan tertentu dan diberi kesempatan untuk mempertimbangkan apakah yang dilakukan adalah yang terbaik yang bisa dia lakukan. Pertanyaan yang sesungguhnya sekarang adalah apakah dua percobaan itu telah melakukan percobaan yang sama atau tidak. Saya akan benar-benar merasa bahwa dua bentuk percobaan ini betul-betul berbeda. Dan bahwa hasilnya menunjukkan reaksi pada kondisi berbeda. Tetapi kenyataannya ahli psikologi tidak setuju. Pada hal ini memberi contoh sumber masalah yang mendasar dalam percobaan sosial.
Akhir, tetapi bukan yang terakhir adalah kesulitan dalam mencoba meneliti suatu prediksi masa yang akan datang. Kenyataannya bahwa anda melakukan penelitian ini mungkin mengubah kegiatan-kegiatan subjek anda baik melakukan penelitian atau merusaknya.
Kesulitan – kesulitan telah diberikan pada pemikiran akhir adalah kesulitan – kesultan dalam menyimpulkan akibat dari hukum-hukum dalam ilmu sosial. Tetu saja sudah ditunjukkan secara sering bahwa kesimpulan tepat dari hukum yang kabur tidaklah mungkin. Ini tidak begitu pas untuk pertanyaan ini. Mari kita pertimbangkan hanya hukum yang langka dalam ilmu sosial yang telah dinyatakan secara tepat. Kita tahu bahwa kesimpulan dalam setiap ilmu pengetahuan untuk pemecahan masalah-masalah yang secara matematis sederhana ataupun rumit. Karena ilmu sosial masih tidur diasumsikan bahwa pemecahan masalah-masalah matematis apapun yang akan muncul dalam ilmu sosial harus mendasar. Ini merupakan alasan prinsip mengapa para ahli matematika terdahulu mengabaikan penerapan – penerapan pada ilmu sosial. Namun demikian, hal ini jauh dari gambaran yang benar.
Untuk memahami penjelasan ini, kita harus mempetimbangkan perilaku pengetahuan matematika. Dalam setiap penerapan nyata sesorang hanya berhubungan dengan angka tertentu dari objek. Mari kita golongkan penerapan ini menjadi 3 golongan. Pada kategori pertama seseorang berhubungan dengan juah angka kecil, misalnya 5 objek. Pada kategori kedua seseorang dengan angka 5.000 atau 50.000 objek. Pada kategori ketiga berhubungan dengan 5 milyar atau 5 trilyun objek. Jenis masalah yang pertama dapat dipecahkan dengan metode matematika dasar, melakukan dengan semua kemungkinan-kemungkinan dalam satu saat. Nampaknya pertanyaan yang paling berat adalah yang berhubungan dengan ber milyar-milyar atau bertrilyun objek. Bagaimanapun, disini kalkulus memberikan bantuan yang luar biasa. Kita menemukan bahwa untuk banyak masalah-masalah semacam ini, orang bisa mengansumsikan bahwa ada banyak objek yang tidak terbatas dan karenanya menerapkan alat-alat matemaika yang kuat yang dikembangkan hanya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti itu. Misalnya dalam fisika, saat kita ingin mengukur kecepatan sebuah benda, kita megasumsikan bahwa, paling tidak secara prinsip, kita dapat membuat banyak observasi dari posisi benda tersebut. Karenanya metode kalkulus bisa diterapkan.
Untuk jumlah bidang sekitar 5 ribu sampai 50 ribu objek, tidak satupun dari metode-metode ini yang bisa ditetapkan. Jumlah yang terlibat terlalu besar untuk mencoba semua kemungkinan, namun jumlah tersebut teralu kecil untuk metode analisis dari kalkulus yang bisa menghasilkan hasil yang akurat. Dengan keyataan tertsebut, satu-satunya gambaran yang masuk akal untuk situasi matematika ini adalah bahwa kita belum mengembangkan bentuk matematika yang dibutuhkan pada jumlah sedang. Karena hal ini, masalah-masalah dalam ilmu sosial tidak lebih mudah dibanding ilmu alam, tetapi benar-benar lebih berat. Disini kita punya contoh bagus dari kemajuan pada cabang-cabang ilmu pengetahuan dimana harus menunggu kemajuan matematika, jika ahli matematika tidak tertarik akan masalah-masalah ini, bidang ini akan berkembang lambat.
Mungkin jarang dibicarakan bahwa hanya ada sedikit hukum yang tepat dan menarik yang dikenal dalam ilmu sosial. Mungkin tidak adil untuk ali-ahli sosial untuk mengatakan bahwa dia hanya mengembangkan teori-teori yang sangat basi. Pernyataan adil mungkin bahwa hanya beberapa dari teori-teori basi yang telah diperlakukan pada suatu tingkatan dimana orang akan dapat memutuskan kepantasannya. Banyak lagi hukum-hukum yang diajukan, tetapi orang dengan cepat akan lari dalam masalah-masalah matematika yang diluar kemampuan kita untuk mengatasinya.
Akhirnya, kita memiliki masalah pembentukan teori dalam ilmu sosial. Disini kita masih dalam kesulitan besar yang menghadang ilmu sosial. Dan ini cepat kurang motivasi. Ilmu pengetahuan berkembang pada waktu belum ada orang yang mempunyai gagasan jelas tentang ilmu pengetahuan yang potensial. Akibatnya ahli fisika puas dalam menemukan hukum-hukum yang menggambarkan enomena-fenomena yang sangat sederhana dan sama sekali tidak menarik. Tapi sejak itu ilmu fisika menunjukkan kepada kita bahwa perkembangan ilmiah bisa membawa pada kemakmuran dan kekuatan Negara-negara. Para ahli sosial bisa dipahami tidak begitu sabar dalam mencapai suatu status dimana mereka sendiri bisa menyumbang aktif pada perkembangan peradaban. Ini betul-betul membutuhkan kesabaran manusia dan kerendahan hati untuk mempelajari tingah laku 5 manusia dewasa dalam pemecahan masalah sederhana yang ke kanak-kanakan, ketika ilmuwan sosial menghadapkannya masalah pekiraan inflasi dan krisis keuangan atau membuat prediksi bagaimana suatu negara bisa meningkatkan kesejahteraaan dan kedudukannya di dunia.
Sulit juga utuk menjaga suasana emosi keluar dari hipotesa-hipotesa setiap orang cemas akan implikasi etika dari perbuatan. Sulit untuk membentuk akibat mendatang tanpa emosi dari manusia yang melakukannya. Dalam sejarah hukum-hukum gerak benda langit kita menyadari bagaimana beruntungnya para ahli astronomi tidak betu-betul memperhatikan orbit pasti dari benda-benda langit sepanjang mereka bisa menggambarkannya denga tepat. Pada kenyaaannya, ketika beberapa dari pertanyaan ini menyinggung masalah politik atau agama, itu akan menjadi ilmu yang buruk.
Pada saat muncul penyimpangan pada Galileo untuk mempertahankan pandangan yang berlawanan dengan doktrin yang diterimanya, ini benar-benar menyebabkan kemampuan bagus dalam fisika. Untungnya dalam kasus ini ada para ahli di negara lain yang tetap bebas/netral. Kesulitan dalam ilmu pengetahuan sosial adalah bahwa tekanan untuk sampai pada hasil yang diharapkan, datang bukan dari luar tetapi berasal dari para ilmuwan itu sendiri. Dia sendiri meyakini bahwa perbuatan-perbuatan tertentu akan memberikan hasil yang diinginkan. Dia tidak dapat membantu tetapi pencarian hukum-hukum yang akan memungkinkan bagi dia membuat prediksi-prediksi.
Ilmuwan fisika juga mengambil manfaat tidak adanya hasil akhir yang biasanya diterima yang tersedia pada gejala-gejala yang sedang mereka pelajari. Dalam banyak kasus, mereka harus menemukan istilah-istilah baru dan sedikit menarik untuk para kolega dan masyarakat, kata apa yang mereka gunakan – ilmuwan sosial menghadapi dilema apa berusaha menggambarkan fenomena umum dengan istilah-istilah teknik atau memberikan bahasa sehari-hari yang tidak jelas. Ada beberapa keputusan dalam menyimpulkan penemuan kata baru ilmuwan, sebenarnya tidaklah perlu untuk sesuatu yang sudah dikenal. Tetapi jika perbuatan yang tekenal ini dikaitkan dengan prasangka, harapan dan ketakutan, istilah teknis akan berubah menjadi lebih pas. Jadi ahli / ilmuwan sosial harus menciptakan kosa kata teknis bukan dalam ruang hampa tetapi dalam ruang yang penuh dengan kata-kata berbahaya dan tidak perlu.
Dari semuanya, ahli sosial adalah benar yang mengataka bahwa fenomena yang mereka pelajari lebih rumit dibanding fenomena dari para ahli ilmu alam. Karenanya, sulit mencari darimana harus mulai dalam pembentukan konsep-konsep yang baik.
Kesimpulannya, kita tahu bahwa hukum-hukum lebih sulit untuk dibentuk karena subject yang kabur, mendua dan perubahan emosi dari subjek, dan karena rumitnya manusia. Kita tahu sulit untuk memprediksi karena secara cepat kita masuk ke masalah-masalah matematika yang terlalu berat untuk kita. Bahkan jika kita beruntung untuk membuat prediksi-prediksi, kita tidak memiliki kewenangan untuk melaksanakan percobaan-percobaan yang dikontrol secara cermat. Kita bisa membuat prediksi yang akan memakan waktu lama, jika tidak selamanya, untuk menelitinya. Bahkan dalam kasus dimana penelitian memungkinkan, jumlah kasus yang bisa kita pelajari jauh lebih kecil dibanding dalam ilmu pengetahuan alam. Mempertimbangkan hal ini semua, tidaklah mengejutkan jika ilmu pengetahuan sosial berkembang lebih perlahan dibanding ilmu pengetahuan alam.
Contoh :
Untuk menunjukkan idea-idea agar lebih konkrit, mari kita pertimbangkan suatu contoh teori dalam ilmu pengetahuan sosial. Saya akan mengambil contoh dari ekonomi, memilih model perkembangan ekonomi akhir-akhir ini, ungkap ahli matematika, John Von Neumann. Teori ini menunjukkan hipotesa tertentu bagaimana perkembangan ekonomi, seperti yang ditunjukkan ekonomi AS yang berperilaku dalam keseimbangan.
Istilah ‘perkembangan ekonomi’ dan ‘dalam keseimbangan’ digunakan dalam teori tersebut. Istilah tersebut berhubungan dengan benar makna antara makna sehari hari ini terlalu jauh. Ekonomi ditunjukkan dengan proses produksi tertentu yang memungkinkannya untuk menghasilkan berbagai macam barang yang diproduksi, dan harga untuk barang-barang tersebut. Dalil dasar mengatakan bahwa paling tidak satu cara untuk ekonomi agar berkembang dalam keseimbangan. Hanya ada angka tetentu dan biasanya angka yang sangat kecil. Cara beda dimana itu berfungsi dalam keseimbangan. Angka pertumbuhan yang mungkin terbesar adalah angka dimana angka tersebut berfungsi dalam kondisi ideal. Ada juga dalil-dalil lain misalnya : keseimbangan suku bunga dalam ekonomi seimbang dengan angka pertumbuhan.
Teori ini telah dibantah pada banyak bidang. Misalnya, bila menyangka ada suku bunga tunggal pada suatu Negara. Orang bisa menampilkan banyak contoh dimana berbagai macam suku bunga akan bisa diterapkan pada segmen yang berbeda dalam bidang ekonomi. Tentu saja banyak cara keluar dari kesulitan ini. Yang paling sederhana adalah menyatakan bahwa ekonomi kita tidak seimbang atau orang dapat mengatakan bahwa AS sangatah kuat dan sebenarnya ada beberapa ekonomi dalam satu kesatuan, masing-masing mungkin dalam keseimbangan yang berbeda. Penjelasan ini kedua-duanya sangat berbahaya. Jika kita membawa yang terlalu jauh, tidak masalah apakah contoh tsb dibuat dalam rangka usaha untuk meyakinkan suatu teori, kita bisa menyatakan cara kita keluar dari masalah itu. Tidak begitu sulit dipahami untuk mempertahankan apapun dalam hal kesetimbangan, tidak ada ekonomi yang benar-benar dalam kesetimbangan. Tetapi jika kita mengambil posisi ini kemudian pertanyaan muncul, seperti apakah teori semacam itu ada nilainya?. Mari kita bandingkan dengan hukum Newton tentang inersia, dimana menyatakan suatu benda berperilaku jika tidak ada gaya yang menimpanya / mempengaruhinya ini benar-benar tepat bahwa situasi semacam itu tidak pernah muncul dalam prakteknya. Tidak peduli benda apapun paling tidak ada gaya gravitasi yang mempengaruhinya setiap saat, sebagian besar orang bisa mempertahakan bahwa suatu benda cukup jauh dari masa pokok mendekati / hampir lepas dari gaya. Dan hukum Newton seharusnya diterapkan pada hal tersebut. Hal yang sama nampak benar untuk teori-teori yang sederhana seperti teori Newman. Seseorang seharusnya memiliki petunjuk yang jelas ketika suatu ekonomi hampir dalam satu kesetimbangan dan kemudian orang bisa menguji apakah perkiraan dari Paul Newman tadi benar-benar tepat. Bahayanya dalam hal ini adalah bahwa orang mungkin harus menunggu seumur hidup agar ekonomi semacam itu muncul. Mari kita mempertimbangkan masalah harga dalam bidang ekonomi. Dalam banyak kondisi teori tersebut akan memberi kita satu set harga yang unik , yang harus bisa diterapkan dalam setiap tahap perkembangan. Pada kenyataannya tak satupun dari harga-harga ini berhubungan dengan jumlah uang yang nyata yang dibayarkan dalam suatu pembelian. Teori ini hampir sama dengan teori-teori yang lain mengamsusikan bahwa setiap barang yang diproduksi secara berlebihan oleh suatu system ekonomi akan menjadi tidak berharga. Dalam prakteknya kita bisa menemukan bahwa barang-barang ini dijual dengan discount besar, tetapi barang-barang itu tidak diberikan gratis. Perlakuan tidak memberikan gratis barang-baarang merupakan suatu perlakuan dalam peradaban yang kompleks. Dasar dimana tujuan penjualan adalah memberikan uang bisa mengahasilkan lebih dari 15% dari anggaran untuk biaya pengeluaran uang. Teori tersebut tidak cocok untuk pembiayaan-pembiayaan itu.
Kembali, mari kita mempertimbangkan masalah distribusi barang. Untuk menunjukkan adanya keseimbangan, orang harus berfikir bahwa barang yag diproduksi dapat dibagi dalam jumlah yang berubah-ubah. Jika produk yang dihasilkan sbuah rumah yang paling aneh bahwa keseimbangan terjadi ketika sejumlah bagian dari rumah dihasilkan tiap tahun. Secara alami, seseorang berharap bahwa pembulatan angka-angka ini tidak akan berdampak secara nyata pada teori tersebut, dan akan menghasilkan suatu gambaran yang mendekati fakta-fakta yang nyata. Tetapi pertanyaannya kemudian menangani barang-barang merupakan hal yang sulit, misalnya : dapatkah seseorang memperlakukan buruh sebagai barang? atau dapatkah hal ini merupakan fakta-faktnya? Dapatkah teori tersebut mengabil jumlah buruh dan biayanya sebagai hal yang sama seperti teori tersebut menghitung jumlah sepatu atau jumlah baja yang digunakan dalam produksi, atau haruskah hal itu diperlakukan sebagai suatu barang yang benar-benar berbeda.
Pertanyaan terakhir ini, membawakita pada pertanyaan-pertanyaan bidang ekonomi secara teknis yang diluar kajian buku ini. Namun demikian, hal ini diberikan sebagai contoh dimana perubahan emosional mempengaruhi pembentukan teori ilmiah. Seorang ahli ekonomi yang berusaha untuk memeperlakukan buruh manusia dengan cara yang sama terhadap sepatu dan baja diperlakukan. Mungkin akan ditertawakan oleh rekan-rekannya atau diserang karena merendahkan seseorang. Tentu saja, benar bahwa hukum jatuh bebas memandang sama antara manusia dengan batu. Tetapi dalam kasus-kasus besar, hal itu diterapkan pada benda mati. Dan para ahli fisika melewatkan kesulitan khusus ini. Disini kita memiliki contoh dorongan intelektual yang besar dibutukan untuk menghasilan teori-teori tanpa memandang prasangka kita sendiri atau rasngka-prasangka dari teman kita.
Bahaya paling besar dalam sebuah teori, seperti salah satu yang kita pertimbangkan adalah dg cara bahwa mungkin hal itu digunakan. Mungkin bahwa seseorang pengusaha menemukan bahwa ekonomi Amerika berkembang dalam angka 7%, sementara suku bunga hanya 6% . dia kemudian mungkin berusaha untuk menggunakan teori ini sbagai alasan mengapa suku bunga seharusnya ditingkatkan. Tentu saja, teori tersebut tidak menyatakan apapun tentang apa yang seharusnya dilakukan. Teori itu menyatakan bahwa dengan asumsi-asumsi yang berhubungan dengan tingkah ekonomi, suatu hubungan tertentu akan mengikat antara angka pertumbuhan dan suku bunga dalam keseimbangan. Jika bagaimana juga suku bunga tertinggal dibawah angka pertumbuhan dan ekonomi tersebut dalam keadaan kesetimbangan, kemudian asumsi-asumsi dalam teori tersebut tidakah benar.
Sama berbahayanya adalah pertanyaan apakah ekonomi seharusnya dalam keseimbangan. Secara alami pertanyaan ini bisa diberikan makna ilmiah yang tepat dalam hal manusia umumnya akhirnya dihilangkan. Namun demikian kemungkinannya bahwa kata seimbag akan meningkatkan perubahan emosional. Itu mebutuhkan kestabilan karena kondisi yang diinginkan. Pada saat kata itu masuk dalam literature ilmiah bahayanya sangat besar. Bahwa ahli sosial akan menuntut kita bekerja utnuk keseimbangan tanpa memperhatikan akhir dimana makna ini membawa kita.
Tujuan paling bodoh yang perna saya dengar dari teori ini adalah sbb; seorang ahli sosial bekerja melalui suatu contoh hipotesa ekonomi dan menemukan bahwa teori tersebut tidak memprediksi suatu pertumbuhan tetapi diprediksi bahwa ekonomi ini dalam keseimbangan harus dibicarakan. Ini kemudian dipertahankan bahwa suatu teori ditujukan sebagai teori pertumbuhan tidaklah berguna jika teori tersebut kadang-kadang memprediksi kebalikan yang pasti. Disini tentu saja kami dalam satu dari beratus-ratus kesalahan kata dalam menggunakan kata-kata sehari-hari. Dalam ilmu sosial kata pertumbuhan digunakan oleh Von Neumann untuk mengartikan ekspansi, stabilitas dan perjanjian. Bentuk ini dari kenyamanan sudah digunakan dalam ilmu fisika, tetapi belum diterima secara umum dalam bidang lain.
Cara nyata adalah untuk mengantikan kata-kata controversial dengan symbol-simbol matematika dan mengadakan diskusi secara kas dalam istilah-istilah symbol ini. Namun demikian pemecahan ini memilki bahayanya sendiri. Literature penerapan matematika pada ilmu sosial penuh dengan contoh-contoh tidak berguna dimana perhitungan matematika yang rumit telah dilakukan. Untuk jumlah yang tidak ada penerapannya pada dunia yang kita ketahui, pendukung mempertahankan dengan sama semangatnya, bahwa teori ini jika dikembangkan tidak akan memberikan penerangan pada penerapan nyata. Bahaya ini tidak aneh untuk ilmu sosial tetapi untuk ilmu pengetahuan lain, baru mulai pertanyaan kapan suatu teori menjadi awal dari kemajuan besar dan kapan merupakan akhir kematian tidak bisa dijawab. Dalam analisis yang terakhir seseorang harus mempercayai intuisi dari para ahli dalam bidangnya dan berharap bahw paling tidak beberapa dari mereka mengikuti jejaknya yang langka yang membawa kepada kesuksesan.
Masa depan ilmu sosial
Mungkin seorang filosof ilmu pengetahuan meramalkan masa depan dari ilmu sosial. Kita telah melihat bahwa ilmu sosial adalah awal. Kita telah membicarakan banyak kesulitan secara metode dan kemajuan ilmu sosial. Namun kita telah merasakan bahwa tidak ada perbedaan yang mendasar dalam metode ilmiah karena bisa diterapkan dalam ilmu fisika, biologi, psikologi atau dalam imu sosial. Kita telah menyatakan bahwa ilmu sosial memiliki kesulitan aneh dalam perjalanan terus menerus melewati pertanyaan-pertanyaan yang pantas yang bisa menyajikan sebagai rintangan untuk kemajuan, tetai juga sebagai keuatan pendorong yang besar. Apa yang bisa kira ramalkan sebagi masa depan bidang yang penting untuk seluruh manusia ini?
Sejarah ilmu pengetahuan menunjukkan bahwa sebagian besar jalan yang diteliti pada tahap awal dari suatu bidang tidak akan membawa kemanpun. Karena ilmu sosial lebih rumit disbanding cabang ain yang dahulu ditentang oleh ilmuwan, kita memiliki tiap alasan untuk meyakinkan bahwa sebagian besar kalau bukan semua, menghasilkan teori-teori yang tidak membawa kemanapun. Tetapi ini menunjukan bahwa perbuatan-perbuatan ini akan pernah menemukan pendekatan yang beragam.
Kita telah melihat banyak contoh dimana kesulitan-kesulitan dalam ilmu sosial berhubungan dengan kelemahan-kelamahan pada pengetahuan kita tentang matematika. Untuk ini, sejarah ilmu sosial merupakan batas untuk disejajarkan oleh kemajuan besar dalam perkembangan matematika. Bahkan, ada ahli matematika yang berbeda yang mempecayai bahwa inspirasi matematika yang diterima dari ilmu fisika hampir berakhir, dan bahwa perkembangan-perkembangan besar yang baru dalam matematika akan terinspirasi oleh masalah-masalah dalam ilmu sosial.
Sejarah ilmu pengetahuan betul-betul menunjukan bahwa setiap cabang yang berkembang menjadi lebih matematis. Untuk itu, peajar yang memilih ilmu sosial sebagai karir dimasa lalu, untuk menghindari pelajaran matematika, munkgin menemukan dirinya mempelajari matematika terus menerus dengan adanya kemajuan di bidangnya. Bahkan sekarang kita menemukan jurnal khusus diberbagai ilmu sosial yang berhubungan dengan penerapan matematika dan setiap indikasi bahwa hal ini akan berkembang dan akhirnya mengambil alih seluruh bidang. Sekarang ini artikel yang menggunakan formula matematika akan dilihat dengan cara curiga oleh banyak ahli sosial, sementara fisika telah mencpai tahap dimana artikel anpa formula dilakukan dalam kecurigaan. 300 tahun lalu, ilmuwan fisika masih melakukan hampir semua diskusinya dengan bahasa umum, sekarang ini mengkombinasikan si genius Einstein dan Infeld untuk menulis buku tentang fisika modern tanpa rumus. Mungkin ilmu sosial baru saja memasuki tahap ini.
Diharapkan dalam waktu lama hasil-hasil yang eragam dalam ilmu social akan datang di area ketertarikan manusia tetapi segera atau selanjutnya hasil-hasil akan dicapai dari mana manusia bisa mendapatkan bimbingan bagi kegiatan mereka sehari-hari. Ini akan menjadi tahp dimana ilmu social harus menghadapi krisis besar. Sekarang ini diperbolehkan bagi ahli social untuk member kita nasehat apa yang harus dilakukan karena kita tidak betul-betul merasakan bahwa dia mengetahui apa yang dia bicarakan. Tetapi jika cabang ini mencapai suatu tahap dimana bisa membuat prediksi-prediksi tentang kegiatan kita dan tentang hail dari kegiatan kita dengan keteraturan yang baik, manusia harus menghadapi pertanyaan sulit tentang seberapa jauh para ahli bisa dipercaya dalam sebagian besar keputusan dasarnya. Tetapi tahapan ini juga harus lewat. Nampaknya ilmu social akan mencapai kecocokan yang baik dengan ilmu fisika. Kemudian manusia yang tidak ahli dalam bidang tertentu harus menyadari bahwa keputusan bebas mereka hanya terletak dalam memilih akhir yang dicapai. Arti merupakan penentuan terbaik oleh para ahli. Dalam tahap ini, rata-rata manusia tidak akan memutuskan apakah bentuk paak tertentu diinginkan atau tidak daripada dia menantang pendapatnya sendiri. Seperti bentuk pesawat terbaik melawan ahli mesinnya.
Tanpa ragu-ragu banyak dari kita merasa ngeri pada pemikiran meninggalkan keputusan-keputusan ini, namun demikian hasil perkembangan ini merupakan rintangan yang memaksa kita untuk memikirkan tentang akhir yang ingin dicapai dan mungkin untuk pertama kalinya terpaksa untuk melakukan hal ini dalam bentuk yang tepat dan berarti. Idealnya kemajuan semua ilmu pengetahuan seharusnya mencapai suatu tahap dimana yang bukan ilmuwan dibebaskan dari pertanyaan-pertanyaan teknis. Dan keputusan-keputusan satu-satunya yang diberikan untuknya adalah pertanyaan benar dan salah.
SUPRI' s blog
blog ini sebagai wahana catatan, perolehan pengetahuan dll.
1. Cara Membuat Blog
2. Cara Memback-Up Template Blog
3. Cara Menghilangkan Navbar Blog
Kamis, 11 Februari 2010
Langganan:
Postingan (Atom)